Salah satu kokasi Panen Padi di Kecamatan Sumberrejo |
Musim panen raya tanaman padi segera berakhir untuk wilayah Kecamatan Sumberrejo dan sekitarnya. Yang menarik selama saya tinggal di Bojonegoro ini adalah adanya fenomena "Ngasak" yang selalu menghiasi para petani setiap panen.
Istilah "Ngasak" itu diambil dari Bahasa Jawa, bila saya artikan secara bebas ke Bahasa Indonesia yaitu pekerjaan mengambil sisa - sisa panen yang identik dengan pertanian. Ngasak ini biasanya dilakukan oleh orang - orang miskin yang memang sangat membutuhkan sesuatu untuk diambil dari sisa - sisa tanaman yang telah dipanen. Orang miskin Ngasak biasanya dipakai untuk kebutuhan pokoknya untuk makan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Fenomena yang terjadi saat ini ngasak bukan lagi sebagai sesuatu yang memang dilakukan oleh orang miskin atau orang yang benar - benar membutuhkan. Salah satu tenaga "Ngedos" (Pemanen Padi) bernama Kusen dari Sumberrejo menjelaskan kepada penulis, yang sudah lama dia bekerja di sawah sebagai tukang panen padi atau istilahnya Tukang Ngedos. Fenomena ngasak saat ini, berbeda dengan Ngasak sebelumnya. Saat ini orang ngasak berangkat sudah memakai sepeda motor, dan bersolek, kebanyakan biasanya tenaga wanita. Berdasarkan keterangan mas Kusen, Seorang tenaga ngasak sehari satu tempat bisa memperoleh gabah bersih sekitar 25 Kg sampai 60 Kg. Itu tergantung pada si Tukang Ngasak, jika yang Ngasak itu agak bersolek dan agak cantik, biasanya dapatnya lebih banyak, apalagi biasanya setiap orang yang Ngasak itu membawa satu bungkus rokok bermerk terkenal yang diberikan kepada Tenaga Ngedos.
Untuk diketahui kepada pada pembaca, saat tulisan ini saya muat, harga gabah dari sawah dibandrol dengan harga Rp. 3.500 per kilogram. Jika sehari satu tempat ngasak bisa memperoleh sekitar 30 Kg Gabah, jika dikalikan dengan Rp.3.500, dia akan memperoleh Uang Rp. 105.000, - (Seratus Lima Ribu Rupiah). Jika dia bekerja lebih dari 1 tempat sehari ya tinggal perolehan tukang ngasak. Jika Tukang ngasak bekerja lebih dari 1 tempat sehari, bisa dibayangkan hasilnya. Kebanyakan memang setiap menuntaskan pekerjaan ngasak mereka akan menjual hasilnya pada para tengkulak yang sudah siap di dekat tempat panen raya.
Fenomena yang saya tulis ini sangat berbeda jauh dari tukang ngasak yang memang benar - benar butuh gabah buat kebutuhan pokoknya, dia bekerja sesuai apa yang memang tersedia di lokasi pekerjaan panen padi, dia bisa dapat mungkin dibawah 5 Kg perhari, itupun dia sudah bersyukur bisa membawa pulang untuk makan dia 1 atau 2 hari ke depan.
Fenomena ini saya rangkum dari hasil panen raya wilayah kecamatan Sumberrejo dan data narasumber pendukungnya. Bagaimana di wilayah anda?
Tenaga pe-ngasak wanita kenapa lebih banyak mendapatkan hasil ? Karena stereotipe yang berkembang di masyarakat adalah di mana ada wanita di situlah ada peluang. Dilihat dari segi hasil, pe-ngasak wanita maupun pria sama saja. Namun, saya pribadi merasa tidak tega melihat perempuan yang seharusnya bekerja tidak terlalu berat seperti ngasak harus panas-panasan di bawah panas matahari. Berkeliling mencari sawah-sawah yang membutuhkan jasanya. Semoga para pe-nyasak wanita yang rata-rata sudah sepuh bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan tidak memberatkan kondisi fisiknya.
BalasHapusAslinya di tempat saya Lamongan juga hampir sama, kadang jengkel juga, inginnya melarang untuk ngasak namun saya juga kwatir jangan -jangan di antara mereka memang benar-benar ada yang membuthkan. jadinya galau. Piye negeneki terusan.
BalasHapusTabahkan hatimu mbak Nurul, ikhlaskan gabahnya....
HapusYang lucunya lagi tetangga saya yang pekerjaanya ngasak dirumahnya msh bnyak tumpukan gabah yang belum diselep,sedang orang tua saya yang punya sawah malah sudah habis gabahnya dan harus beli beras untuk makan sehari hari,hehe..
BalasHapusAlhamdulillah masih bisa beli beras ya mbak..:D
HapusLucu juga ya mbak Naning
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusdi depan rumah saya ada seorang nenek yang tiap panen tiba juga "ngazak".. total musim panen ini kira2 dapat 10 zak gabah. tapi kebanyakan dikasih sama pemilik sawah. soalnya nenek ini hidup sendirian ga punya sawah ga ada kerjaan tetap. kadang sering dimintai tolong "matun" dan pekerjaan ladang/sawah lainnya dg upah sekadarnya. anak cuman satu jauh di luar kota dan keadaan sama-sama memprihatinkan. ya memang ada yang pake cara-cara kotor tapi ga semua.. jadi jangan dipukul rata kasihan nanti sama yang emang bener-bener butuh tapi ikutan diusir dari sawah. gara-gara pemiliknya baca postingan ini dan paranoid sama pengazak. lagian ga sampe 5% dari total hasil panen kan yang diambil sama pengazak. zakatnya aja kan 5-10%. itu mah kecilll.. diikhlasin aja biar jadi sedekah..hehehe :sokbijak: CMMIW
BalasHapusKalau ngasaknya bener nggak papa mbak, fakta yang ada di lapangan...sebaliknya
Hapusada juga pe ngasak, yg sdh siap dr rmh bw sgala macem makanan, minuman ataupun rokok yg akan diberikan kpd para pengedos sebagai penyogok agar gabah yg di dos ditinggal dan disisain lbh banyak buat para pengasak. fenomena Indonesia "sogok-menyogok / suap-menyuap". yg penting ikhlas aja biar barokah
BalasHapusada juga pe ngasak, yg sdh siap dr rmh bw sgala macem makanan, minuman ataupun rokok yg akan diberikan kpd para pengedos sebagai penyogok agar gabah yg di dos ditinggal dan disisain lbh banyak buat para pengasak. fenomena Indonesia "sogok-menyogok / suap-menyuap". yg penting ikhlas aja biar barokah
BalasHapuswah wah, sama juga, anda dari wilayah kecamatn mana mas?
Hapus